OPINI SEDERHANA TENTANG FENOMENA TAWURAN PELAJAR !

oleh Ahmad Yani pada 25 September 2011 jam 9:59

BENARKAH TAWURAN PELAJAR BISA DI CEGAH DENGAN CARA MEMBERIKAN BEBAN BELAJAR YANG LEBIH BANYAK PADA PELAJAR ?

Tulisan ini sebenarnya merupakan komentar ,terhadap sebuah status yang ditulis oleh Bapak Nanang Subekti ,di Padepokan Guru  Indonesia ( Minggu , 25 September 2011) . Yang menyampaikan suatu hipotesis bahwa Tawuran Pelajar bisa di minimalisir dengan cara memberikan beban belajar yang lebih banyak kepada pelajar .

Menurut saya ,Kecenderungan para siswa untuk Bertawuran , hanyalah sebuah Ekses dari sebuah " STRESS KEBUDAYAAN " yang tengah melanda negeri ini.Sebagai sebuah "Lampu Merah " yang mengindikasikan adanya Nilai-nilai Luhur Kebangsaan yang tlah tercerabut dari Habitat nya.Oleh sebab itu pula, ketepatan mendiagnosa dan kesesuaian dosis pengobatannya perlu penanganan yang yang SERIUS dan CERMAT . Menambah beban Pelajaran bagi siswa : " Tentu bukan Solusi Yang tepat buat kasus ini , karena tidak menyentuh akar permasalahan yang sebenarnya , Starting Point nya , bukan terletak pada beban kurikulum pelajaran . Tapi pada "Pola Sistem Kehidupan Bernegara " yang telah terkontaminasi oleh berbagai nilai ,yang tidak lagi menempatkan : TATA KRAMA, SOPAN SANTUN, TENGGANG RASA , KEJUJURAN , dan SALING MENGHARGAI , sebagai sesuatu yang penting lagi di negeri ini ! , terutama dengan telah MENGHILANGNYA sumber identifikasi yang selayaknya mampu di berikan oleh para tokoh panutan yang tengah di amanati jabatan di Negeri tercinta ini

Dari sisi Psikologis , ada yang mempersepsikan bahwa Tawuran Yang dilakukan oleh para Pelajar , merupakan bentuk Expresi dari suatu " Kekesalan Komunal" yang tak mendapatkan " Lubang Penyalurannya". Kemudian hilangnya budaya Komunikasi yang sehat , dan bentuk-bentuk dialog yang jujur , juga menjadi pemicu bagi lahir-nya sikap-sikap yang " KERAS" dalam berekpresi . " TAWURAN pun di tengarai sebagai refleksi dari SIKAP SKEPTIS yang telah melanda begitu banyak penghuni negeri ini ( Termasuk Pelajar ) yang merasa dirinya tak mampu lagi terwakili aspirasinya oleh berbagai lembaga formal yang ada . Minimnya sumber identifikasi dan merosotnya tingkat kepercayaan kepada para pengelola Negera ,hingga pada dasar statistik tertendah , merupakan pemicu lain , yang menyebabkan mereka " Memilih TAWURAN " sebagai jalan pintas untuk menunjukkan eksistensinya ( Walau pada hakekatnya : Hanya sekedar INGIN DIDENGAR ) .Saya pun  kurang setuju : kalau Tawuran dianggap sebagai Proses Pembelajaran yang sengaja dikembangkan yang tidak didapat dari guru-gurunya .Karena saya tak melihat ada satu sudut pun , yang bisa jadi indikator bahwa sebuah proses pembelajaran sedang berjalan dari fenomena tersebut.